Sunday, October 7, 2007

Kutukan Bunsen

Waktu itu hari kamis tanggal 27 September sekitar jam 1 lebih, gue udah siap untuk praktikum Kimia Dasar di gedung PTBS. Gue dan temen2 HPT'ers juga udah nunggu asisten praktikum manggil kami ke ruangan untuk pendahuluan sebelum praktikum dimulai. Pendahuluan selesai dengan suskes dan kelompok gue nggak bego2 amat waktu ditanya-tanya sama si asisten, namanya teh Ade (Farmasi 04).
Sekitar jam 3 kurang, kami baru diperbolehkan masuk ke lab dan kebetulan HPT'ers kebagian di lab A bersama segelintir anak Ilmu Tanah. Ok, disinilah semua terjadi.
Setelah kami disuruh memakai jas lab dan mengecek alat2, kami memulai kegiatan.
Ada satu alat bernama Bunsen yang mirip kayak kompor gas tapi cara ngidupinnya susah dan ada 3 katup yang mesti dikontrol saat menghidupkannya, katup gas, katup udara dan katup apa gitu satu lagi, gue lupa namanya.
Saking mengerikannya tu Bunsen, sampe cewek2 yang lagi praktikum gak boleh ngidupin dan kita2 cuma ngliatin para cowok2 yg bergulat dengan hati nurani mereka, karena cuma beberapa orang cowok doang yg berani ngidupin Bunsen tu.
Akhirnya, karena temen semeja gue yg ngakunya berjenis kelamin cowok nggak berani ngidupin akhirnya kami memanggil pengawas lab yg pake seragam cokelat untuk menghidupkan Bunsen. Saat udah idup, gue bilang pada pengawas, "Pak kok apinya cuma 2 warna? Kan seharusnya ada 3 warna." Trus dia bilang, "Yah, emang udah maksimal segini. Gak bisa ngeluarin api non-iluminasi."
Ah sial banget sih, kalo begini praktikum gak bisa jalan.
Lalu, asisten praktikum (kali ini beda dgn yg tadi, yg ini cowok bernama Usep) datang ke meja dan seperti yg udah gue duga, dia mengeluhkan warna Bunsen. Dia bergerak ke arah Bunsen dan bermaksud memperbaiki apinya, tapi nggak tahu kenapa tu api jadi meletup membesar dan... menjilat sebagian muka gue. Padahal gue cuma berdiri dan membiarkan si asisten memperbaiki si api!
Yup, gue kena dari dagu bagian kiri naik ke atas sampai pelipis gue. Hasilnya alis dan bulu mata gue angus dan hilang setengah, kerudung baru gue angus sebagian ampe meleleh gitu bagian depannya dan luka bakar yg tertinggal di muka gue. Untungnya (dasar orang Indonesia, udah celaka masih aja dibilang untung) gue make kacamata, kalo nggak mata gue pasti udah kena bakar juga.
Buat teman2 yg baca ni blog, doain gue ya, mudah2an luka bakarnya nggak ngebekas!