Friday, July 31, 2009

Bali - Lombok Journey part 1

Seiring dengan melantunnya lagu Keep Your Hands Off My Girl milik Good Charlote gue mengawali tulisan ini. Hehehe... Alhamdulillah perjalanan backpacker gue, Fani, dan Vidy berakhir dan nyampe dengan sehat walafiat, kecuali mungkin gue yang rada flu. Gue akan cerita semuanya dari awal kami melakukan perjalanan ini dan seperti udah gue bilang di post sebelumnya gue akan share berapa uang transportasi kami selama backpacker yang mungkin nanti berguna untuk backpackers lainnya mengadakan perjalanan Bali-Lombok, and.... gak lupa gue akan menambahkan tips juga lho, hehehe... (kok kayak acara masak-masak di tv yah?!).
Berikut ini adalah uang transportasi dari Bandung – Lombok. Harga ini nggak mutlak lho dan bakal lebih murah kalo anda membawa lebih banyak party (teman), sumpah nggak boong.
Distance Bentuk Transportasi Jam Biaya (Rp)
Bandung – Surabaya Kereta Ekonomi (Pasundan) 17 jam 30 menit 38.000
Surabaya – Banyuwangi Kereta Ekonomi (Sritanjung) 11 jam 30 menit 20.000
Ketapang – Gilimanuk Kapal Fery 1 jam 5.700
Gilimanuk – Ubung Bus Ekonomi (Gunung Harta) 2 jam 35.000
Ubung – Sukawati Public transportation 45 menit 25.000
Sukawati – Padang Bai Public transportation 1 jam 38.500
Padang Bai – Lembar Kapal Fery 4 jam 31.000
Lembar – Senggigi Public transportation 2 jam 150.000
Senggigi – Lembar Taxi 2 jam 110.000
Lembar – Padang Bai Kapal Fery 4 jam 31.000
Padang Bai – Ubung Public transportation 1 jam 85.000
Ubung – Ketapang Bus Ekonomi (yg menuju Jember) 1 jam 45.000
Banyuwangi – Yogyakarta Kereta Ekonomi (Sritanjung) 17 jam 35.000
Yogyakarta – Bandung Kereta Ekonomi 12 jam 24.000
Jumlah (PP) 673.200

Berawal dari stasiun Kiara Condong-Bandung, kami sudah membeli tiket dari dua hari sebelumnya untuk keberangkatan tanggal 2 Juli 2009 kereta api Pasundan menuju Surabaya.
Tips pertama : Kalau bisa belilah tiket kereta api dari jauh-jauh hari sebelum keberangkatan untuk menghindari habisnya tiket pada hari-H, transaksi dengan para calo tiket yang memahalkan harga tiketnya dan berbohong dengan bilang ‘ini tiket duduk,’ serta memastikan anda dapat tempat duduk yang nyaman (nggak mau kan berdiri selama ±17,5 jam).
Kereta api ekonomi memang jadi alternatif termurah dan lumayan nyaman. Nyaman di sini yah nyaman untuk hitungan kelas ekonomi. Kami tiba di stasiun sekitar jam 05.58 WIB karena di tiketnya tertulis jam keberangkatan 06.15 WIB, jadi kami pikir kami nggak mungkin terlambat. Tapi ternyatah.....kereta sudah penuh penumpang bung. Kami terpaksa (dengan muka melas) meminta penumpang yang menduduki kursi kami untuk berdiri.
Tips kedua : Datanglah paling tidak setengah jam sebelum keberangkatan kereta api untuk memastikan tempat duduk anda tidak diduduki orang lain.
Penumpang yang menduduki kursi kami adalah dua orang ibu-ibu. Yang satu membawa satu anak balita, sedangkan yang lain membawa satu batita dan satu balita. Beuh....yang tadinya kita udah mau niat siapapun yang duduk di kursi kami, kami akan mengusirnya (ya iyalah, masak mau berdiri sampe Surabaya, gile aja lo) kami urungkan. Jadi nggak tega ngusirnya. Tapi si ibu yang cuma bawa satu anak itu mengalah untuk berdiri dan dia bilang, ‘Nggak pa-pa saya berdiri tapi saya nitip anak saya.’
What the ...... (*^&@$#) well, pada akhirnya kami setuju dan kami yang tidak tega cuma menaruh tas-tas kami yang sangan besar dan berat di kursi dan ikut berdiri. Setelahnya, gue mau liat jam berapa sekarang untuk mengecek keberangkatan karena keretanya nggak juga jalan. Tapi ternyata hp gue raib, lenyap, ilang a.k.a diculong orang. Arghh... siaul tu maling.
Tips ketiga : Jangan pernah menaruh hp di kantong jaket luar atau kantong apapun sebelah kanan karena rawan pencurian. Nanti di perjalanan kami menemukan kisah yang sama seperti yang menimpa diriku, hiks...
Gue memeriksa dompet gue yang ada di kantong celana sebelah kiri, fiuh... masih aman. Kalo dompet gue yang dicuri lain ceritanya bung. Mungkin gue akan nangis konghu di tempat. Gue shock dikit, agak terdiam memikirkan apa aja yang ada di hp gue, catetan rute angkot di Bali nanti, dan sms-sms yang sayang untuk gue hapus.
Nggak lama kami mulai menikmati keadaan kereta ekonomi. Kami yang berdiri hanya menatap lesu para pedagang yang bolak-balik dateng, entah itu nasi ayam, mijon (yang asli sebenernya mizone, namun karena penuturnya orang sunda tulen jadi mijon), aqua, kacamata, barang-barang serba seribu dan serba lima ribu, segepok sendok kayu buat sayur (gue nyesel gak beli, gocengan cing!), dan masih banyak lagi.
Kemudian (mungkin) kepala Fani memunculkan tanda lampu bersinar dan menoleh ke arah gue, ‘Nyu, gimana kalo tasnya ditaro di bawah trus kita duduk, gak pa-pa deh gue mangku tu bocah (anak kecil yg dititipin tadi).’
Gue ngeliat peluang di sana. Hahaha... nggak mungkin juga berdiri sampe Gombong, tujuan terdekat penumpang di sekitar kita akan turun. Tapi kemudian gue bilang, ‘Trus si Vidy gimana?’ Vidy yang berdiri agak terpisah dari kita nggak nyadar lagi diomongin.
‘Dia kayaknya bisa duduk di tempat mbak-mbak itu (kursi di seberang kursi kita sebenarnya), nti kita bilang aja sama si....’
Eh... belom beres kita ngomong si mbak itu udah nyuruh si Vidy duduk, so.... akhirnya kita duduk jenk, dengan banyak walaupun. Walaupun agak sesak, walaupun agak sempit, walaupun agak bau ketek pedagang yang lewat, walaupun diilerin anak kecil yang dipangku (ini khusus Fani), ah pokoknya asli gembel pisan.
Tips keempat : Apabila barang anda tidak cukup untuk ditaruh di tempat barang yang biasanya ada di atas kepala, taruhlah barang-barang anda di bawah kursi karena jika tidak pada siang hari anda akan merasa begah ato dengan bahasa Indonesia yang benernya adalah kepanasan, sesak napas dan keringat muncul segede-gede telor bebek (yang terakhir lebayun sami’un, hehe..)
Dan, kebosanan pun terjadi. Gue udah bosen ngedengerin pedagang, udah bosen nanya-nanyain anak kecil yang ada di sekeliling kita, udah bosen becandaan, males minum karena pasti susah kalo mau ke toilet, maka gue memutuskan untuk mendengarkan mp3 yang udah gue isi dengan 104 lagu dan playlistnya gue shuffle.
Tips kelima : bawalah setidaknya mp3 kecil atau iPod kecil untuk menghibur hati anda dari kebosanan. Jangan kegedean tapi mp3 atao iPodnya coz dapat menimbulkan kecemburuan sosial sehingga copet, culong, maling ato pun jambret akan mempertajam mata mereka untuk mengambil barang terebut. Ini juga berlaku untuk telepon selular. Please, don’t look so rich in that economy train.
Karena si Vidy punya masalah pada hari datang bulannya, dia mendadak pusing dan sakit perut. Kita yang nasehatin dia untuk makan sesuatu cuma dikacangin dan dia bilang, ‘Ini mah nggak bisa diapa-apain, tunggu kosong dulu baru bisa diisi lagi.’ Dia muntah 3 kali selama perjalanan.
Tips keenam : Bawalah kotak P3K karena dalam kasus seperti ini benda tersebut sangat berguna. Contohnya si Vidy yang udah bikin kotak berwarna putih lengkap dengan tanda palang merah di atasnya, menjejalkan setiap obat yang dianggap perlu selama perjalanan, dan akhirnya dia yang pertama make kotak obat itu, hihi... Lucu banget dah kalo kalian ngeliat kotak obat itu. Nggak sempet gue foto euy.
Kami makan siang dan makan malam dengan bekal yang kami bawa sendiri. Nasinya ditimbel biar nggak cepet basi, ayam goreng untuk siang dan kentang goreng tipis (kalo si Fani nyebutnya mustofa/mustopa) dalam jumlah banyak untuk persediaan nyemil di jalan juga.
Tips ketujuh : Bawalah makanan yang tahan lama, yang bisa ganjel perut ato snack yang nggak makan tempat. Tujuannya adalah biar hidup ngegembelnya lebih terasa gituh.
Kami sampai di Surabaya hampir tengah malam. Sesuai rencana kami menginap di rumah sodaranya Vidy di deket stasiun Wonokromo. Sebelumnya kami nanya-nanya kereta yang jalan ke Banyuwangi untuk besok.
Malam itu kami menyudahi perjalanan kami sementara dan menyediakan tenaga untuk besok sekiranya besok akan lebih jauh dan menyambung dengan transportasi lain. Sampai sini dulu Bali – Lombok journey part 1. Nanti gue sambung lagi cing, wokei.

#35

Thursday, July 23, 2009

gara2 gak ada kerjaan banget

Ini kedua kalinya gue ngenet hari ini. Gimana gak nyampah banget tu gue, untungnya bukan warnet yang sama yang gue datengin, hihiy.. Well, pertanyaannya adalah kenapa gue nyampah dan melakukan ini semua.
Mau tau?
Beneran mau tau??
Jangan menganggap ini terlalu seriyus yey, hihi... (ih beneran ini mah, wasting pisan)
Oia, gue masih ngutang buat ngepost tentang perjalanan backpaker gue ke Bali-Lombok yang alhamdulillah sangat memuaskan hati dan sangat berkesan sekali.
Bedewei, hari Jumat dan Sabtu lalu meskipun dengan hidung terasa berat dan mampet gue ngikut bokap ke acara jambore VW di Bogor. Well, so much people in there that make my head dizzy, saking banyak orangnya dan secara gue menjadi bagian marketing bokap gue untuk selling baju VICC (Volkswagen Indonesia Cyber Community), ya tambah aja kepala gue makin berat.
Demo de... I'm very proud of my father, beliau sangat berdedikasi atas komunitas yang notabene beliau adalah admin-nya. Gak tau gimana caranya beliau selalu meladeni orang ngobrol sampai begitu pulang dari Bogor suaranya serak. Gue sampe amaze sendiri 'wew, bokap gue terlalu terkenal untuk seorang yang ordinary.'
Entahlah. Mungkin beliau sangat exciting tentang VW kali yah jadi suatu kesenangan untuk share sama orang-orang yang juga suka.
Trus pas pulang dari Bogor gue udah khawatir gak bakal bisa nonton motoGP karena kita sekeluarga baru cabut dari tempat event sekitar jam setengah 5 dan blue blues (nama mobil VW bokap gue) ngambek, tapi dooooong.... ternyata si tante Mia dan suaminya yang jalan bareng sama kita ngajak mampir di rest area dan sangat kebetulan ada TVnya (thanks God).
Jadi gue gak ketinggalan nonton seri Sachsenring dan my fave rider win dong, of course, hehehe...
Ok, segitu dulu nanti kalo ada kesempatan lagi gue akan nyampah lagi di sini.
#35